Nabi s.a.w bersabda: Sesiapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhirat, maka hendaklah dia berbuat baik kepada jiran tetangganya. Sesiapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhirat, maka hendaklah dia memuliakan para tetamunya. Sesiapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhirat, maka hendaklah dia bercakap hanya perkara yang baik atau diam.
PENERANGAN HADIS:
Mengenal Manusia
Allah SWT memiliki suatu sifat dan akhlaq yang sebenarnya amat akrab dengan kehidupan manusia. Iaitu mustahil bagi Nya berbuat perkara yang sia-sia, tanpa tujuan, ataupun mengandungi kesalahan. Kalaupun ada penciptaan atau kejadian yang tampak kejam, ia hanyalah bersifat sementara.
Ertinya, jika dilihat dan diteliti, akhirnya ia akan membuktikan bahawa dibalik kejadian itu semua ternyata mengandung nilai-nilai kebenaran. Dan dalam hal ini, manusia memang harus banyak melihat sejarah hidupnya secara peribadi mahupun sejarah kemanusiaan itu sendiri, tujuan ia diciptakan, ke mana destinasinya dan sebagainya.
Akhlaq tersebut amat akrab dengan kita kerana ia tercermin kemanapun kita melihat. Pantulannya boleh dilihat kepada sesiapa yang ingin melihat. Sulit bagi kita untuk menyebutkan suatu makhluq atau kejadian alam yang diciptakan tanpa ada gunanya.
Seolah semua menyiratkan bahawa Allah SWT menciptakan ini untuk sebuah tujuan. Bukan sekadar permainan tanpa arah. Firman Nya:
“Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya dengan mengandungi kesalahan. Yang demikian itu adalah anggapan orang-orang kafir, maka celakalah orang-orang kafir itu karena mereka akan masuk neraka.” (38: 27)
Tujuan Hidup
Kejadian seekor nyamukpun ternyata begitu penting di mata Allah, sehingga disebutkan di al-Quran. Firman Nya:
“Sesungguhnya Allah tiada segan membuat perumpamaan berupa nyamuk atau yang lebih rendah dari itu. Adapun orang-orang yang beriman, maka mereka memiliki ilmu sehingga mereka tahu bahwa itu adalah al-haq dari Rabb mereka, tetapi mereka yang kafir mengatakan:"Apakah maksud Allah menjadikan ini untuk perumpamaan?". Dengan perumpamaan itu banyak orang yang disesatkan oleh Allah, dan dengan perumpamaan itu (pula) banyak orang yang diberinya petunjuk. Dan tidak ada yang disesatkan Allah kecuali orang-orang yang fasik.” (2: 26)
Tetapi kenapa manusia sentiasa kebingungan mencari dan mengenalpasti fungsinya? Kenapa kita senantiasa tertanya-tanya tentang tujuan keberadaan kita di muka bumi ini? Kenapa diri manusia dipenuhi sikap-sikap ketidaktahuan akan fungsinya? Apakah mungkin kita hidup tanpa tujuan yang jelas, kukuh dan konkrit?
Tidak mungkin!
Allah SWT menjadikan seekor nyamuk pun ada manfaat dan fungsinya. Bahkan sejak lahir mereka sudah tahu apa yang harus dibuat dan apa fungsi yang harus dijalankan.
Kerana itu amat mustahil, bila susuk tubuh insan yang Allah khabarkan diciptakan dalam 'ahsani taqwim' (pembentukan yg paling sempurna), dilahirkan hanya untuk sia-sia dan tanpa tujuan.
Apa mungkin seorang manusia lahir hanya untuk membesar dewasa, berkeluarga, dan mati?
Sesungguhnya pada manusia itulah tugas yang amat berat dipikul tambahan pula ia sebagai wakil Allah SWT di atas muka bumi ini, untuk mentadbir alam. Ingat, langit, bumi, gunung-ganang, bukit-bukau semuanya tidak sanggup membawa amanah Allah, kecuali manusia yang menyatakan kesanggupannya.
Justeru, manusia perlu berhati-hati dalam melaksanakan tanggungjawab ini supaya tidak tergolong di dalam manusia yang berbuat kezaliman dalam kejahilan.
Lebih baik diam dari mengomen perkara yang kita tidak tahu. Tidaklah nanti dikata orang, hanya berani dibelakang, tetapi bila diajak bermuzakarah, berdiskusi, batang hidung pun tidak kelihatan.
sumber : megasutra
PENERANGAN HADIS:
Mengenal Manusia
Allah SWT memiliki suatu sifat dan akhlaq yang sebenarnya amat akrab dengan kehidupan manusia. Iaitu mustahil bagi Nya berbuat perkara yang sia-sia, tanpa tujuan, ataupun mengandungi kesalahan. Kalaupun ada penciptaan atau kejadian yang tampak kejam, ia hanyalah bersifat sementara.
Ertinya, jika dilihat dan diteliti, akhirnya ia akan membuktikan bahawa dibalik kejadian itu semua ternyata mengandung nilai-nilai kebenaran. Dan dalam hal ini, manusia memang harus banyak melihat sejarah hidupnya secara peribadi mahupun sejarah kemanusiaan itu sendiri, tujuan ia diciptakan, ke mana destinasinya dan sebagainya.
Akhlaq tersebut amat akrab dengan kita kerana ia tercermin kemanapun kita melihat. Pantulannya boleh dilihat kepada sesiapa yang ingin melihat. Sulit bagi kita untuk menyebutkan suatu makhluq atau kejadian alam yang diciptakan tanpa ada gunanya.
Seolah semua menyiratkan bahawa Allah SWT menciptakan ini untuk sebuah tujuan. Bukan sekadar permainan tanpa arah. Firman Nya:
“Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya dengan mengandungi kesalahan. Yang demikian itu adalah anggapan orang-orang kafir, maka celakalah orang-orang kafir itu karena mereka akan masuk neraka.” (38: 27)
Tujuan Hidup
Kejadian seekor nyamukpun ternyata begitu penting di mata Allah, sehingga disebutkan di al-Quran. Firman Nya:
“Sesungguhnya Allah tiada segan membuat perumpamaan berupa nyamuk atau yang lebih rendah dari itu. Adapun orang-orang yang beriman, maka mereka memiliki ilmu sehingga mereka tahu bahwa itu adalah al-haq dari Rabb mereka, tetapi mereka yang kafir mengatakan:"Apakah maksud Allah menjadikan ini untuk perumpamaan?". Dengan perumpamaan itu banyak orang yang disesatkan oleh Allah, dan dengan perumpamaan itu (pula) banyak orang yang diberinya petunjuk. Dan tidak ada yang disesatkan Allah kecuali orang-orang yang fasik.” (2: 26)
Tetapi kenapa manusia sentiasa kebingungan mencari dan mengenalpasti fungsinya? Kenapa kita senantiasa tertanya-tanya tentang tujuan keberadaan kita di muka bumi ini? Kenapa diri manusia dipenuhi sikap-sikap ketidaktahuan akan fungsinya? Apakah mungkin kita hidup tanpa tujuan yang jelas, kukuh dan konkrit?
Tidak mungkin!
Allah SWT menjadikan seekor nyamuk pun ada manfaat dan fungsinya. Bahkan sejak lahir mereka sudah tahu apa yang harus dibuat dan apa fungsi yang harus dijalankan.
Kerana itu amat mustahil, bila susuk tubuh insan yang Allah khabarkan diciptakan dalam 'ahsani taqwim' (pembentukan yg paling sempurna), dilahirkan hanya untuk sia-sia dan tanpa tujuan.
Apa mungkin seorang manusia lahir hanya untuk membesar dewasa, berkeluarga, dan mati?
Sesungguhnya pada manusia itulah tugas yang amat berat dipikul tambahan pula ia sebagai wakil Allah SWT di atas muka bumi ini, untuk mentadbir alam. Ingat, langit, bumi, gunung-ganang, bukit-bukau semuanya tidak sanggup membawa amanah Allah, kecuali manusia yang menyatakan kesanggupannya.
Justeru, manusia perlu berhati-hati dalam melaksanakan tanggungjawab ini supaya tidak tergolong di dalam manusia yang berbuat kezaliman dalam kejahilan.
Lebih baik diam dari mengomen perkara yang kita tidak tahu. Tidaklah nanti dikata orang, hanya berani dibelakang, tetapi bila diajak bermuzakarah, berdiskusi, batang hidung pun tidak kelihatan.
sumber : megasutra
0 comments