Ada suatu perkosaan yang mungkin jumlahnya jauh lebih banyak daripada perkosaan yang diberitakan oleh banyak media massa di negara kita. Itulah perkosaan yang dilakukan oleh para suami terhadap isterinya.
Sebuah peristiwa menyedihkan yang dialami oleh banyak isteri, tetapi tidak terungkap seperti peristiwa perkosaan yang dilakukan oleh lelaki bukan suami. Perkosaan yang dilakukan oleh suami pada umumnya ditutup karana hanya dianggap sebagai urusan keluarga.
Mungkin banyak orang tidak dapat menerima kalau seorang suami dianggap memperkosa isterinya. Dalam anggapan mereka isteri tidak selayaknya menolak suaminya yang menginginkan hubungan seksual. Dengan kata lain mereka menganggap seorang isteri harus selalu siap pakai memenuhi keinginan seksual sang suami. Seperti sebuah mesin saja. Mereka lupa atau pura-pura lupa bahwa isteri yang juga manusia dapat merasa tidak bergairah atau payah atau tidak ingin diganggu pada suatu saat. Bahkan ada pula yang menggunakan alasan agama, bahwa isteri harus tunduk kepada suami. Maka mereka beranggapan setiap kali suaminya menginginkan hubungan seksual, sang isteri tidak boleh menolak. Agaknya ini merupakan anggapan yang salah dalam menafsirkan suatu ajaran agama.
Benarkah ada perkosaan yang dilakukan oleh suami terhadap isteri?
Bertolak dari pengertian perkosaan, yaitu setiap hubungan seksual yang berlangsung tanpa persetujuan bersama, maka hubungan seksual yang hanya dikehendaki oleh suami sementara sang isteri tidak menghendaki, sebenarnya termasuk perkosaan. Apalagi kalau disertai ancaman, misalnya akan dicerai, akan mencari wanita lain, bahkan sampai dipukul atau diperlakukan dengan kekerasan sampai menimbulkan penderitaan bagi sang isteri.
Banyak isteri mengeluh mengalami rasa sakit di vaginanya akibat hubungan seksual yang dipaksakan oleh suaminya, atau dengan kata lain diperkosa oleh suaminya. Pada dasarnya pengalaman mereka sama, yaitu mereka sedang tidak ingin melakukan hubungan seksual karena sebab tertentu. Tetapi sang suami tetap memaksa sambil marah. Maka hubungan seksual berlangsung seperti dengan sebuah benda. Sang suami segera puas, tetapi sang isteri kesakitan sampai berhari-hari.
Sebagian mereka sedang tidur nyenyak ketika dibangunkan oleh suaminya yang meminta melakukan hubungan seksual. Pada saat itu sang suami sudah siap ingin melakukannya, sementara sang isteri masih dalam keadaan setengah sadar dan tidur yang lelap. Maka berlangsunglah hubungan seksual yang sangat menyiksa sang isteri. Mudah dimengerti kalau sebagian sampai mengalami infeksi pada kelaminnya.
Sebagian lain memang tidak sedang tidur, tetapi sedang tidak ingin melakukan hubungan seksual setelah payah bekerja seharian. Tetapi dengan terpaksa mereka melayani keinginan seksual suaminya kalau tidak ingin menjadi tumpahan kemarahan, bahkan tamparan. Sebagian isteri yang lain memang telah kehilangan gairah seksualnya sehingga merasa lebih senang bila tidak disentuh oleh suaminya. Tetapi sang suami tidak pernah mau mengerti, sehingga tetap saja menuntut melakukan hubungan seksual. Kalau menolak, maka kemarahan yang didapat, bahkan kekerasan.
Memang agak aneh mendengar ada perkosaan dilakukan oleh suami terhadap isteri. Tetapi setelah mengetahui contoh di klinik tersebut, masihkah merasa aneh? Jelas itu suatu tindakan perkosaan yang dilakukan oleh suami. Tetapi tentu saja sang isteri yang menjadi korban, tidak mungkin melaporkan dan menuntut secara hukum. Bagaimana pun juga sang pemerkosa adalah suami sendiri. Kecuali kalau benar-benar sudah tidak tahan menghadapi derita yang dialami.
Mengapa sampai terjadi perkosaan oleh suami?
Jawaban yang pasti, karena sang isteri tidak mau atau tidak bersedia memenuhi keinginan suami untuk melakukan hubungan seksual. Karena isteri menolak atau tidak bersedia, maka suami melakukan berbagai bentuk kekerasan agar dapat melakukan hubungan seksual.
Tetapi pemaksaan oleh suami terhadap isteri tidak dapat dilepaskan dari faktor lingkungan sosial, budaya, dan ekonomi. Lingkungan tersebut tampak berpengaruh besar terhadap kekerasan terhadap wanita, khususnya kekerasan seksual oleh suami. Lingkungan sosial ekonomi di mana status sosial ekonomi wanita lebih rendah daripada pria menyebabkan wanita berada di bawah “kekuasaan” pria, termasuk dalam kehidupan seksual.
Lingkungan budaya dengan perbedaan gender yang kuat telah menempatkan status budaya wanita lebih rendah daripada pria. ini menyebabkan pria selalu menganggap wanita harus tunduk kepada pria. Bahkan isteri tidak ditempatkan menjadi mitra yang sejajar dengan suami, melainkan sebagai “pembantu” atau paling tinggi sebagai “pendamping”.
Maka ketika mengetahui isteri menolak atau tidak bersedia melakukan hubungan seksual, suami begitu saja memaksanya, bahkan dengan kekerasan. Suami tidak pernah ingin tahu atau bertanya mengapa sang isteri menolak atau tidak bersedia melakukan hubungan seksual.
Mengapa sang isteri tidak bersedia melakukan hubungan seksual?
Pertanyaan inilah yang seharusnya dipikirkan atau ditanyakan oleh suami menghadapi isteri yang menolak atau tidak bersedia melakukan hubungan seksual. Ada beberapa alasan yang disampaikan oleh isteri, mengapa mereka menolak melakukan hubungan seksual, yang menyebabkan sang suami kemudian memperkosanya.
Sebagian isteri sering menolak melakukan hubungan seksual karena selama menikah tidak pernah merasakan kenikmatan hubungan seksual. Hanya suami saja yang menikmati. Akibatnya dorongan seksualnya lenyap sama sekali. Padahal penyebabnya sangat mungkin karena ketidaktahuan suami tentang seksualitas, atau mungkin karena gangguan fungsi seksual pada suami.
Sebagian yang lain menolak melakukan hubungan seksual karena memang sedang tidak bergairah karena payah atau sedang tidur. Kalau saja sang suami mau mengerti keadaan tersebut, maka mereka tidak akan langsung melakukan hubungan seksual sementara sang isteri tidak siap. Kalau saja mereka mengerti, maka mereka akan menunggu sampai sang isteri juga siap sehingga tidak terjadi peristiwa perkosaan dengan akibat yang merugikan isteri. Atau kalau mereka mengerti bahwa sang isteri bukan hanya merupakan obyek seksual suami, maka mereka seharusnya dapat memaklumi kalau sang isteri sedang tidak bersedia melakukan hubungan seksual. Para suami Seharusnya menyadari bahwa isteri bukanlah sebuah benda yang selalu siap pakai untuk melakukan hubungan seksual, sama halnya dengan pria yang tidak selalu siap pakai.
Menyedihkan bila mendengar salah satu alasan suami yang menikah lagi, yaitu karena sang isteri tidak mampu sepenuhnya melayani kebutuhan seksual suami. Jadi karena sang isteri hanya mampu memenuhi sebagian saja, maka sang suami menikah lagi. Sungguh menyedihkan, karena sang suami tidak mau berupaya mencari apa sebabnya sang isteri tidak mampu melayani kebutuhan sek sualnya. Padahal kalau dicari penyebabnya, sangat mungkin karena sang isteri tidak dapat menikmati hubungan seksual yang dilakukan akibat ketidakmengertian suami atau akibat gangguan fungsi seksual suami.
Apa akibatnya bagi isteri?
Ada beberapa akibat buruk yang mungkin terjadi dalam kehidupan seksual wanita yang mengalami perkosaan oleh suami. Pertama, dorongan seksualnya lenyap. Kedua, dorongan seksual tetap ada tetapi reaksi seksual terhambat sehingga merasa sakit setiap kali melakukan hubungan seksual. Ketiga, hambatan mencapai orgasme. Keempat, mengalami vaginismus, yaitu kekejangan abnormal pada otot sekitar vagina sepertiga bagian luar sehingga hubungan seksual tidak mungkin dilakukan.
Sejauh mana isteri mengalami akibat perkosaan oleh suami sangat tergantung pada sikap atau kekerasan yang dilakukan oleh suami dan jangka waktu perkosaan berlangsung. Semakin buruk sikap atau kekerasan yang dialami dan semakin lama perkosaan dialami, semakin buruk akibat yang dialami oleh isteri. Vaginismus merupakan akibat akhir pada fungsi seksual isteri yang mengalami perkosaan oleh suami.
Bagaimana isteri harus bersikap bila mengalami perkosaan oleh suami?
Isteri yang mengalami perkosaan oleh suami seharusnya tidak boleh berdiam diri dan membiarkan kekerasan itu berlangsung. Mereka harus menentukan sikap dan berbuat sesuatu agar tragedi itu tidak berlanjut.
Beberapa langkah berikut ini boleh dilakukan oleh isteri yang mengalami perkosaan oleh suami.
Pertama, menjelaskan dan menyadarkan suami bahwa tindakannya tidak benar dan tergolong perkosaan.
Kedua, menjelaskan kepada suami bahwa penolakannya untuk melakukan hubungan seksual bukan karena tidak senang kepada suami, melainkan karena ada alasan tertentu. Alasan tersebut harus dijelaskan juga kepada suami.
Ketiga, menyadarkan suami bahwa tindakannya justru dapat menimbulkan akibat lebih buruk bagi kehidupan seksual isteri. Keempat, bicarakan dengan suami bagaimana mengatasi masalah seksual yang mereka alami sebagai satu pasangan. Ajaklah suami untuk berkaunseling dengan ahli kaunseling agar hubungan seksual dapat berlangsung harmonis.
Sebuah peristiwa menyedihkan yang dialami oleh banyak isteri, tetapi tidak terungkap seperti peristiwa perkosaan yang dilakukan oleh lelaki bukan suami. Perkosaan yang dilakukan oleh suami pada umumnya ditutup karana hanya dianggap sebagai urusan keluarga.
Mungkin banyak orang tidak dapat menerima kalau seorang suami dianggap memperkosa isterinya. Dalam anggapan mereka isteri tidak selayaknya menolak suaminya yang menginginkan hubungan seksual. Dengan kata lain mereka menganggap seorang isteri harus selalu siap pakai memenuhi keinginan seksual sang suami. Seperti sebuah mesin saja. Mereka lupa atau pura-pura lupa bahwa isteri yang juga manusia dapat merasa tidak bergairah atau payah atau tidak ingin diganggu pada suatu saat. Bahkan ada pula yang menggunakan alasan agama, bahwa isteri harus tunduk kepada suami. Maka mereka beranggapan setiap kali suaminya menginginkan hubungan seksual, sang isteri tidak boleh menolak. Agaknya ini merupakan anggapan yang salah dalam menafsirkan suatu ajaran agama.
Benarkah ada perkosaan yang dilakukan oleh suami terhadap isteri?
Bertolak dari pengertian perkosaan, yaitu setiap hubungan seksual yang berlangsung tanpa persetujuan bersama, maka hubungan seksual yang hanya dikehendaki oleh suami sementara sang isteri tidak menghendaki, sebenarnya termasuk perkosaan. Apalagi kalau disertai ancaman, misalnya akan dicerai, akan mencari wanita lain, bahkan sampai dipukul atau diperlakukan dengan kekerasan sampai menimbulkan penderitaan bagi sang isteri.
Banyak isteri mengeluh mengalami rasa sakit di vaginanya akibat hubungan seksual yang dipaksakan oleh suaminya, atau dengan kata lain diperkosa oleh suaminya. Pada dasarnya pengalaman mereka sama, yaitu mereka sedang tidak ingin melakukan hubungan seksual karena sebab tertentu. Tetapi sang suami tetap memaksa sambil marah. Maka hubungan seksual berlangsung seperti dengan sebuah benda. Sang suami segera puas, tetapi sang isteri kesakitan sampai berhari-hari.
Sebagian mereka sedang tidur nyenyak ketika dibangunkan oleh suaminya yang meminta melakukan hubungan seksual. Pada saat itu sang suami sudah siap ingin melakukannya, sementara sang isteri masih dalam keadaan setengah sadar dan tidur yang lelap. Maka berlangsunglah hubungan seksual yang sangat menyiksa sang isteri. Mudah dimengerti kalau sebagian sampai mengalami infeksi pada kelaminnya.
Sebagian lain memang tidak sedang tidur, tetapi sedang tidak ingin melakukan hubungan seksual setelah payah bekerja seharian. Tetapi dengan terpaksa mereka melayani keinginan seksual suaminya kalau tidak ingin menjadi tumpahan kemarahan, bahkan tamparan. Sebagian isteri yang lain memang telah kehilangan gairah seksualnya sehingga merasa lebih senang bila tidak disentuh oleh suaminya. Tetapi sang suami tidak pernah mau mengerti, sehingga tetap saja menuntut melakukan hubungan seksual. Kalau menolak, maka kemarahan yang didapat, bahkan kekerasan.
Memang agak aneh mendengar ada perkosaan dilakukan oleh suami terhadap isteri. Tetapi setelah mengetahui contoh di klinik tersebut, masihkah merasa aneh? Jelas itu suatu tindakan perkosaan yang dilakukan oleh suami. Tetapi tentu saja sang isteri yang menjadi korban, tidak mungkin melaporkan dan menuntut secara hukum. Bagaimana pun juga sang pemerkosa adalah suami sendiri. Kecuali kalau benar-benar sudah tidak tahan menghadapi derita yang dialami.
Mengapa sampai terjadi perkosaan oleh suami?
Jawaban yang pasti, karena sang isteri tidak mau atau tidak bersedia memenuhi keinginan suami untuk melakukan hubungan seksual. Karena isteri menolak atau tidak bersedia, maka suami melakukan berbagai bentuk kekerasan agar dapat melakukan hubungan seksual.
Tetapi pemaksaan oleh suami terhadap isteri tidak dapat dilepaskan dari faktor lingkungan sosial, budaya, dan ekonomi. Lingkungan tersebut tampak berpengaruh besar terhadap kekerasan terhadap wanita, khususnya kekerasan seksual oleh suami. Lingkungan sosial ekonomi di mana status sosial ekonomi wanita lebih rendah daripada pria menyebabkan wanita berada di bawah “kekuasaan” pria, termasuk dalam kehidupan seksual.
Lingkungan budaya dengan perbedaan gender yang kuat telah menempatkan status budaya wanita lebih rendah daripada pria. ini menyebabkan pria selalu menganggap wanita harus tunduk kepada pria. Bahkan isteri tidak ditempatkan menjadi mitra yang sejajar dengan suami, melainkan sebagai “pembantu” atau paling tinggi sebagai “pendamping”.
Maka ketika mengetahui isteri menolak atau tidak bersedia melakukan hubungan seksual, suami begitu saja memaksanya, bahkan dengan kekerasan. Suami tidak pernah ingin tahu atau bertanya mengapa sang isteri menolak atau tidak bersedia melakukan hubungan seksual.
Mengapa sang isteri tidak bersedia melakukan hubungan seksual?
Pertanyaan inilah yang seharusnya dipikirkan atau ditanyakan oleh suami menghadapi isteri yang menolak atau tidak bersedia melakukan hubungan seksual. Ada beberapa alasan yang disampaikan oleh isteri, mengapa mereka menolak melakukan hubungan seksual, yang menyebabkan sang suami kemudian memperkosanya.
Sebagian isteri sering menolak melakukan hubungan seksual karena selama menikah tidak pernah merasakan kenikmatan hubungan seksual. Hanya suami saja yang menikmati. Akibatnya dorongan seksualnya lenyap sama sekali. Padahal penyebabnya sangat mungkin karena ketidaktahuan suami tentang seksualitas, atau mungkin karena gangguan fungsi seksual pada suami.
Sebagian yang lain menolak melakukan hubungan seksual karena memang sedang tidak bergairah karena payah atau sedang tidur. Kalau saja sang suami mau mengerti keadaan tersebut, maka mereka tidak akan langsung melakukan hubungan seksual sementara sang isteri tidak siap. Kalau saja mereka mengerti, maka mereka akan menunggu sampai sang isteri juga siap sehingga tidak terjadi peristiwa perkosaan dengan akibat yang merugikan isteri. Atau kalau mereka mengerti bahwa sang isteri bukan hanya merupakan obyek seksual suami, maka mereka seharusnya dapat memaklumi kalau sang isteri sedang tidak bersedia melakukan hubungan seksual. Para suami Seharusnya menyadari bahwa isteri bukanlah sebuah benda yang selalu siap pakai untuk melakukan hubungan seksual, sama halnya dengan pria yang tidak selalu siap pakai.
Menyedihkan bila mendengar salah satu alasan suami yang menikah lagi, yaitu karena sang isteri tidak mampu sepenuhnya melayani kebutuhan seksual suami. Jadi karena sang isteri hanya mampu memenuhi sebagian saja, maka sang suami menikah lagi. Sungguh menyedihkan, karena sang suami tidak mau berupaya mencari apa sebabnya sang isteri tidak mampu melayani kebutuhan sek sualnya. Padahal kalau dicari penyebabnya, sangat mungkin karena sang isteri tidak dapat menikmati hubungan seksual yang dilakukan akibat ketidakmengertian suami atau akibat gangguan fungsi seksual suami.
Apa akibatnya bagi isteri?
Ada beberapa akibat buruk yang mungkin terjadi dalam kehidupan seksual wanita yang mengalami perkosaan oleh suami. Pertama, dorongan seksualnya lenyap. Kedua, dorongan seksual tetap ada tetapi reaksi seksual terhambat sehingga merasa sakit setiap kali melakukan hubungan seksual. Ketiga, hambatan mencapai orgasme. Keempat, mengalami vaginismus, yaitu kekejangan abnormal pada otot sekitar vagina sepertiga bagian luar sehingga hubungan seksual tidak mungkin dilakukan.
Sejauh mana isteri mengalami akibat perkosaan oleh suami sangat tergantung pada sikap atau kekerasan yang dilakukan oleh suami dan jangka waktu perkosaan berlangsung. Semakin buruk sikap atau kekerasan yang dialami dan semakin lama perkosaan dialami, semakin buruk akibat yang dialami oleh isteri. Vaginismus merupakan akibat akhir pada fungsi seksual isteri yang mengalami perkosaan oleh suami.
Bagaimana isteri harus bersikap bila mengalami perkosaan oleh suami?
Isteri yang mengalami perkosaan oleh suami seharusnya tidak boleh berdiam diri dan membiarkan kekerasan itu berlangsung. Mereka harus menentukan sikap dan berbuat sesuatu agar tragedi itu tidak berlanjut.
Beberapa langkah berikut ini boleh dilakukan oleh isteri yang mengalami perkosaan oleh suami.
Pertama, menjelaskan dan menyadarkan suami bahwa tindakannya tidak benar dan tergolong perkosaan.
Kedua, menjelaskan kepada suami bahwa penolakannya untuk melakukan hubungan seksual bukan karena tidak senang kepada suami, melainkan karena ada alasan tertentu. Alasan tersebut harus dijelaskan juga kepada suami.
Ketiga, menyadarkan suami bahwa tindakannya justru dapat menimbulkan akibat lebih buruk bagi kehidupan seksual isteri. Keempat, bicarakan dengan suami bagaimana mengatasi masalah seksual yang mereka alami sebagai satu pasangan. Ajaklah suami untuk berkaunseling dengan ahli kaunseling agar hubungan seksual dapat berlangsung harmonis.
0 comments